Kenapa memilih berbisnis herbal?
Pertama, Biaya Kesehatan atau Pengobatan yang Tinggi
Masalah kesehatan adalam masalah kita semua, kesehatan adalah nikmat
yang diberikan Tuhan kepada umatnya dan tiada nilainya. Dengan nikmat
ini orang terkadang lalai, ketika sehat dia menyianyiakannya, namun
begitu sakit dia baru sadar kalau sehat itu ternyata sangat berharga
bagi dirinya.
Kesehatan seseorang memang tidak dapat ditentukan begitu saja, kendati
ia rajin berolah raga dan makan makanan yang sehat, tetapi jika Tuhan
sudah menentukan dia sakit, kita sebagai manusia tidak bisa menolaknya.
Apalagi jika sakit yang dideritanya adalah penyakit yang sangat tidak
diinginkan, juga biaya yang akan dikeluarkan tidak sedikit.
Saat ini biaya pengobatan di Indonesia masih terbilang mahal, kendati
pemerintah telah mengeluarkan kartu gratis untuk golongan tidak mampu
dan askes bagi pegawai pemerintah atau perusahaan berskala besar. Namun
masih dirasa kurang untuk mereka yang memiliki penghasilan di atas
golongan tidak mampu tapi tidak memiliki askes.
Hampir semua obat kimia yang kita gunakan berasal dari luar. Hal ini
terjadi karena untuk menghasilkan obat kita membutuhkan teknologi
tinggi, biasa investasi yang tinggi dan waktu penelitian yang lama.
Alasan lain di impor obat adalah perlunya kepercayaan atas produsen
obat. Sampai saat ini kepercayaan terutama ada pada beberapa negara yang
dikenal produsen obat. Bahan mahal yang diipor terdiri dari obat jadi,
bahan baku obat, bahan pengemas obat, teknologi, peralatan dan
mesin-mesin, tenaga ahli dan tenaga terampil. Tingginya harga terjadi
karena impor menggunakan mata uang asing yang berfluktuasi sesuai kurs
dan juga membuat ketersediaan tidak menentu
Kedua, Efek Samping obat Kimiawi lebih tinggi
Terdapat efek samping dari obat kimia yang bisa berupa efek samping
langsung maupun tidak langsung atau terakumulasi. Hal ini terjadi karena
bahan kimia bersifat anorganik dan murni sementara tubuh bersifat
organik dan kompleks. Maka bahan kimia bukan bahan yang benar-benar
cocok untuk tubuh. Penggunaan bahan kimia pada tubuh dianggap sebagai
sesuatu yang tidak terhindarkan dan digunakan secara terbatas yang dapat
diterima dan ditoleransi oleh tubuh. Beberpa penyakit memang belum ada
obatnya, obat yang ada hanya bersifat simptomatik dan harus diminum
seumur hidup. Beberapa penyakit belum diketahui penyebabnya. Banyak
pasien secara rutin pergi ke dokter tanpa perbaikan yang signifikan
bahkan semakin buruk keadaannya.
Ketiga, Tidak semua produk herbal berkualitas baik dan Halal
Ada beberapa perusahaan produk herbal yang tidak memperhatikan kehalalan
dari produk yang akan dikonsumsi masyarakat. Salah satunya hal lain
yang menentukan kehalalan proses produksi obat terkait dengan penambahan
bahan-bahan farmasetik, yakni bahan tambahan (bukan obat) yang diracik
bersama obat membentuk produk farmasetik. Bahan-bahan tersebut bisa
berupa substansi pembasah, gelidan, bufer, emulsifier, pewarna, perisa,
pemanis, pengisi tablet, pelarut, bahan enkapsulasi, dll. Bahan-bahan
ini bisa saja berasal dari bahan mentah atau proses produksi yang
membuatnya menjadi haram.
Disamping itu produk herbal harus diproduksi dengan tidak baik,
produknya dari bahan-bahan yang tidak berkualitas serta khasiatnya belum
terjamin dan tidak memiliki banyak khasiat sekaligus.
Pemecahan Masalah
Ketidakmampuan obat modern dalam mengatasi penyakit tertentu dan efek
samping yang ditimbulkan pada pemakaiannya, telah membuat penggunaan
obat herbal menjadi pilihan yang lebih baik. Hal lain yang mendorong
pemakaian obat herbal adalah tingginya biaya berobat secara modern dan
kenyataan bahwa pengobatan herbal lebih dapat diterima secara budaya dan
secara spiritual (Taylor 2001). Beberapa obat obat herbal telah
dimasukkan dalam daftar obat essensial nasional, antara lain seperti
yang dilakukan pemerintah Thailand (Riewpaiboon 2006). Penggunaan obat
herbal oleh masyarakat Amerika telah meningkat sebesar 380% (dengan
peningkatan rerata 2.5–12.1% per tahun) antara tahun 1990 hingga 1997,
dengan pembelanjaan sebesar 5.1 milyar US$ hanya pada tahun 1997 (Ernst
2005). Fakta ini menunjukkan tren meningkatnya minat untuk mengonsumsi
obat herbal di berbagai belahan dunia. Konsumen obat di indonesia
didominasi oleh umat Islam. Sebagai seorang muslim, ada beberapa
tuntutan yang harus diikuti dalam hal etika konsumsi obat, termasuk pada
obat herbal. Salah satunya adalah memperhatikan status kehalalan obat
tersebut.
Komentar
Posting Komentar